PENDAHULUAN
Strategi musim tanam yang tepat pada usaha komoditas budidaya di tambak, khususnya udang merupakan salah satu keberhasilan dalam produksi lencapai ketingkat yang optimal. Kegagalan (panen premateur) tersebut, selain akibat penyakit yang bersifat massal dan mematikan in pula para petambak salah dalam memilih waktu tanam.
Strategi musim tanam yang tepat pada usaha komoditas budidaya di tambak, khususnya udang merupakan salah satu keberhasilan dalam produksi lencapai ketingkat yang optimal. Kegagalan (panen premateur) tersebut, selain akibat penyakit yang bersifat massal dan mematikan in pula para petambak salah dalam memilih waktu tanam.
Periode musim dalam satu tahun di Indonesia dikenal 2 musim, yaitu musim kemarau dan musim penghujan. Kaitannya dengan musim tanam ini, ia usaha budidaya udang diperlukan kecermatan untuk memprediksi peluang keberhasilan yang maksimal. Dengan demikian, informasi ini diharapkan akan memberi gambaran secara umum tentang musim tanam yang tepat untuk kegiatan usaha budidaya di tambak.
Tujuan dari infornasi ini adalah : 1) Petambak agar memperoleh informasi musim tanam yang tepat untuk kegiatan usaha komoditas budidaya di tambak; 2) Sebagai pedoman dan petunjuk bagi petambak dalam melakukan proses produksi budidaya komoditas tambak; dan 3) Membantu petambak agar mampu memprediksi musim tanam yang tepat. Sedangkan yang dicapai sebagai berikut :1) mengoptimalkan lahan dalam musim tanam yang tepat; 2)Memperoleh hasil (produksi) yang optimal; dan 3) dapat memperoleh keuntungan yang pasti setiap mengoperasionalkan tambaknya (jaminan > 80 %).
MUSIM
Indoesia mempunyai dua musim, yaitu penghujan dan kemarau. Kedua musim ini secara langsung mikroklimat yang berbeda, dalam hal ini mikroklimat tambak untuk kegiatan usaha budidaya. Kedua musim tersebut masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan bagi organisma (biota) air idayakan (Tabel 1). Maka dengan kondisi demikian petambak secara cermat harus mewaspadai dan memilih musim tanam yang tepat sesuai komoditas budidaya tambak yang akan diusahakan.
DAMPAK BEBERAPA PARAMETER KUNCI
KUALITAS AIR
Salinitas
Untuk
tumbuh dan berkembangnya organisme yang dibudidayakan mempunyai
toleransi optimal. Kandungan salinitas air terdiri dari garam-garam
mineral yang banyak manfaatnya untuk kehidupan organisme air laut atau
payau. Sebagai contoh kandungan calcium yang ada berfungsi membantu
proses mempercepat pengerasan kulit udang setelah moulting. Salinitas
air media pemeliharaan yang tinggi (> 30 ppt) kurang begitu
menguntungkan untuk kegiatan budidaya udang windu. Karena jenis udang
windu akan lebih cocok untuk pertumbuhan optimal berkisar antara 5-25
ppt.
Tingginya salinitas untuk kegiatan usaha budidaya udang windu akan mempunyai efek yang kurang menguntungkan, diantaranya : 1) agak sulit untuk ganti kulit (kulit cenderung keras) pada saat proses biologis bagi pertumbuhan dan perkembangan; 2) kebutuhan untuk beradaptasi terhadap salinitas tinggi bagi udang windu memerlukan energi (kalori) yang melebihi dari nutrisi yang diberikan; 3) bakteri atau vibrio cenderung tinggi; 4) udang windu lebih sensitif terhadap goncangan parameter kualitas air yang lainnya dan mudah stres; dan 5) umumnya udang windu sering mengalami lumutan. Selain itu, pada saat puncak musim kemarau jenis udang umumnya akan lebih mudah terserang oleh penyakit SEMBV (White spot).
Suhu air
Suhu pada air media pemeliharaan udang umumnya sangat berperan dalam keterkaitan dengan nafsu makan dan proses metabolisme udang. Apabila suatu lokasi tambak yang mikroklimatnya berfluktuatif, secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap air media pemeliharaan. Sebagai contoh pada musim kemarau yang puncaknya mulai bulan Juli hingga September sering terjadi adanya suhu udara dan air media pemeliharaan udang yang sangat rendah (< 24° C). Rendahnya suhu tersebut akibat dari pengaruh angin selatan (musim bediding), pada musim seperti ini biasanya suhu air berkisar antara 22 - 26° C. Suhu < 26° C bagi udang windu akan sangat berpengaruh terhadap nafsu makan (bisa berkurang 50 % dari kondisi normal). Sedangkan bagi jenis udang putih pada umumnya, nafsu makan masih normal pada suhu air antara 24- 31°C.
Suhu pada air media pemeliharaan udang umumnya sangat berperan dalam keterkaitan dengan nafsu makan dan proses metabolisme udang. Apabila suatu lokasi tambak yang mikroklimatnya berfluktuatif, secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap air media pemeliharaan. Sebagai contoh pada musim kemarau yang puncaknya mulai bulan Juli hingga September sering terjadi adanya suhu udara dan air media pemeliharaan udang yang sangat rendah (< 24° C). Rendahnya suhu tersebut akibat dari pengaruh angin selatan (musim bediding), pada musim seperti ini biasanya suhu air berkisar antara 22 - 26° C. Suhu < 26° C bagi udang windu akan sangat berpengaruh terhadap nafsu makan (bisa berkurang 50 % dari kondisi normal). Sedangkan bagi jenis udang putih pada umumnya, nafsu makan masih normal pada suhu air antara 24- 31°C.
Tinqkat kekeruhan air
Tingkat
kekeruhan air, baik air sumber maupun air media pemeliharaan mempunyai
dampak yang positif dan negatif terhadap organisme yang dibudidayakan,
dan setiap organisme mempunyai toleransi tingkat kekeruhan yang berbeda
pula. Sebagai contoh bagi jenis kerang hijau masih dapat hidup normal
dan tumbuh baik pada tingkat kekeruhan yang tinggi, sementara rumput
laut pada umumnya memerlukan tingkat kekeruhan yang rendah. Bahan
organik yang menumpuk dalam jumlah yang banyak (tebal) termasuk tempat bakteri dan vibrio yang merugikan bagi udang.
Bila
air sumber yang digunakan untuk kegiatan budidaya banyak membawa
material organik akibat limbah kiriman dari darat, maka secara tidak
langsung akan berpengaruh negatif terhadap biota air yang dipelihara di
tambak. Tingkat kekeruhan yang tinggi (limbah dari darat) sering terjadi
pada musim penghujan, dimana material yang terbawa berupa cair, padat
dan gas. Namun untuk mengendalikan air keruh akibat limbah bawaan
tersebut masih dapat digunakan untuk kegiatan budidaya tambak, khususnya
udang.
Jenis dan kemelimpahan plankton
Keberadaan
plankton dalam air media pemeliharaan organisme, khususnya jenis
fitoplankton yang menguntungkan dan persentase dominanasi (keseimbangan)
sangatlah dibutuhkan, baik dari segi keanekaragaman maupun
kemelimpahannya. Fungsi dan peran plankton pada air media pemeliharaan
diantaranya adalah : 1) sebagai pakan alami untuk pertumbuhan organisme
yang dipelihara; 2) sebagai penyangga (buffer) terhadap intensitas
cahaya matahari; dan 3) sebagai bio-indikator kestabilan lingkungan air
media pemeliharaan.
Kaitannya
dengan kedua musim yang ada ini, keanekaragaman (jenis) maupun
kemelimpahan plankton akan sangat berbeda antara musim kemarau dan musim
penghujan. Pada musim kemarau yang salinitasnya relatif tinggi (>35
ppt) penumbuhan plankton pada saat persiapan air media hingga umur
pemeliharaan satu bulan pada umumnya sangat sulit untuktumbuh dan dalam
kondisi populasi yang stabil.
Kemelimpahan bakteri, vibrio dan virus
Kemelimpahan
berbagai jenis baketri, vibrio dan virus pada musim kemarau akan lebih
membahayakan bagi udang (organisme) yang dipelihara bila dibandingkan
pada musim penghujan. Pada salinitas tinggi, penampakan secara visual di
lapangan lebih sulit untuk dilihat dan diketahui secara pasti terserang
oleh jenis virus atau bukan.
Sedangkan pada musim penghujan (salinitas cukup optimalberkisar antara 5
- 25 ppt) kemelimpahan virus relatif berkurang. Hal yang pasti dari
kasus ini adalah bahwa bukan tidak adanya virus yang berbahaya melainkan
kondisi udang realtif lebih tahan terhadap serangan penyakit, namun
tetap petambak harus waspada.
JADWAL MUSIM TANAM SESUAI KOMODITAS BUDIDAYA DI TAMBAK
Gambaran jadual musim tanam bagi para petambak tercantum pada Tabel 2
Informasi Selanjutnya Hubungi:Divisi Pembesaran UdangBBPBAP Jepara, PO. Box 1Telp. (0291)591125,Fax:(0291)591724Jepara.
0 komentar:
Posting Komentar