Senin, 15 Juli 2013

Aplikasi Frekuensi Pemberian Pakan Buatan Secara Optimal Pada Budidaya Udang Windu Intensif Berkelanjutan

Abstrak Perkembangan teknologi dan usaha budidaya udang di tambak sejak beberapa tahun yang lalu membuat kebutuhan akan pakan buatan menjadi sangat esensial bagi kelangsungan dan peningkatan produksi udang. Program pemberian pakan pada budidaya udang windu merupakan langkah awal yang harus diperhatikan untuk menentukan baik jenis, ukuran frekuensi dan total kebutuhan pakan selama masa pemeliharaan. Salah satu faktor pengelolaan pakan pada kegiatan usaha budidaya udang windu adalah teknik dan aplikasi frekuensi pemberian pakan.ga Metoda yang diaplikasikan pada kegiatan perekaysaan ini adalah perlakuan frekuensi pemberian pada pada budidaya udang windu yang malsimal dan minimal dalam pemberian per hari. Tujuannya adalah : untuk mengetahui efektifitas dan efisiensi pemeberian pakan buatan pada usaha budidaya udang, mengetahui efisiensi penggunaan pakan selama pemeliharaan dan mengetahui nilai ekonomis udang hasil panen. Hasil yang diperoleh dari kegiatan ini, bahwa perlakuan frekuensi pemberian pakan yang menggunakan standar minimal dapat memberikan berat rata-rata sekitar 23,8 gram, SR 75,4% dan FCR 1,53 : 1 serta biomass 287,1 kg, sedangkan pada petak kontrol dengan frekuensi pemberian pakan yang menggunakan standar maksimal memberikan berat rata-rata 22,3 gram, SR 70,2 % dan FCR 1,76 : 1 serta biomass 250,5 kg. Frekuensi pemberian pakan yang tepat pada budidaya udang windu intensif dapat memberikan hasil yang cukup efektif, efisien, ekonomis dan berkelanjutan. Kata kunci : aplikasi, frekuensi, pakan buatan, optimal, windu, berkelanjutan I. PENDAHULUAN Latar Belakang Perkembangan teknologi dan usaha budidaya udang di tambak sejak beberapa tahun yang lalu membuat kebutuhan akan pakan buatan (tambahan) menjadi sangat esensial bagi kelangsungan dan peningkatan produksi udang. Banyak pabrikan pakan buatan yang komersial bagi keperluan budidaya ikan/udang yang memproduksi secara besar-besaran. Hal ini sangat wajar, karena penerapan teknolgi budidaya ikan/udang akan survive dan eksis dalam usahanya apabila dalam proses produksinya sudah menggunakan pakan tambahan sepenuhnya dan diaplikasikan secara kontinyu. Kegiatan usaha budidaya air payau, khususnya tambak udang merupakan usaha yang proses produksinya hampir mencapai 60% menggunakan pakan formulasi buatan terutama pada teknolgi semi-intensif hingga superintensif. Namun dalam perkembangannya pada saat sekarang pemberian pakan pada teknologi budidaya udang sudah harus mempertimbangkan berbagai aspek yang bersifat efisiensi, efektif, ramah lingkungan dan udang yang diproduksi aman bagi konsumen. Keamanan pangan sudah merupakan suatu tuntutan dan tantangan agar udang yang dihasilkan dari kegiatan budidaya di tambak betul-betul bebas dari kandungan logam berat, antibiotik dan bakteri pathogen. Dengan sederet masalah yang menyertai budidaya udang, pada akhirnya yang menyangsikan keberlanjutan usaha ini. Bisnis ini telah memberikan banyak keuntungan dan manfaat yang signifikan, ternyata keberadaannya seringkali berkaitan dengan isu perusakan lingkungan, konflik kepentingan, isu penggunaan obat-oabatan, dan faktor sosial yang melibatkan berbagai unsur masyarakat (multi-sektoral). Berbagai faktor telah mendorong berkembangnya usaha budidaya udang, antara lain potensi keuntungan yang cukup besar, tingginya permintaan akan produk seafood, dan semakin berkurangnya produksi perikanan tangkap. Usaha ini telah menciptakan “multiplier effects” pada berbagai aktivitas produktif di masyarakat, misalnya usaha penangkapan/produksi induk, pembenihan, produksi pakan, pengolahan (cold-storage), mesin dan mekanik (machinery), dan berbagai jasa yang berkaitan dengan proses produksi. Sekarang ini, tidak kurang dari 30% produksi udang dunia dihasilkan dari budidaya tambak, dan angka ini cenderung terus meningkat dengan semakin banyaknya negara produsen yang berkecimpung dalam bisnis budidaya udang. Alternatif untuk meningkatkan produkstivitas udang nasional yang berwawasan lingkungan dan aman dikonsumsi serta diterima oleh pasar intensional adalah dengan cara budidaya ikan/udang yang baik. Tingkatan teknologi budidaya yang diterapkan tidak menjadi ukuran dalam menghasilkan udang untuk diterima di pasar internsional. Dalam proses peningkatan produksi tambak ini akan dilihat dari cara penerapan budidaya yang baik dan benar dalam hal ini manajemen dan pengelolaan pakan serta penggunaan pakan buatan yang aman dari kandungan logam berat dan antibiotik pada daging udang. Untuk itu, BBPBAP Jepara akan dan terus menigkatan kemampuan dan menghasilkan paket-paket teknologi budidaya udang yang ramah lingkungan dan keamanan pangan, salah satunya adalah rekayasa teknik aplikasi frekuensi pemberian pakan buatan secara optimal pada budidaya udang windu intensif yang berkelanjutan. Parameter frekuensi pemberian pakan buatan pada budidaya udang windu intensif yang akan diamati adalah : pertumbuhan, SR, FCR dan bakteri pathogen. Kerangka Pikir Komoditas perikanan budidaya tambak, terutama jenis udang masih merupakan komoditas unggulan dalam program eksport perikanan Indonesia (Anonim, 2007). Namun dalam perkembangannya bahwa komponen terbesar pada proses produksi terletak pada pakan tambahan(buatan) yang hampir mencapai 60% dari biaya produksi udang di tambak. Dalam upaya peningkatan produksi udang terdapat kendala, yaitu selain penyakit, lingkungan, kualitas benih, dan juga kualitas pakan. Pakan menempati porsi terbesar (60%) dari seluruh input produksi, hal ini menjadi kendala tersendiri bagi kelangsungan usaha budidaya. Pakan merupakan salah satu sumber bahan organik terbesar di tambak. Namun jumlah pakan yang dapat diasimilasikan dalam tubuh udang sangat rendah yaitu 13% karbon, 29% nitrogen, dan 16% posfor (Briggs et al. 2004) Rendahnya retensi nutrien pakan dalam bentuk biomas udang disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain : formulasi kurang optimal dan kualitas bahan baku yang digunakan, adanya kelebihan pakan serta rendahnya kestabilan pakan di air (Burford et al, 2001). Program pemberian pakan pada budidaya udang windu merupakan langkah awal yang harus diperhatikan untuk menentukan baik jenis, ukuran frekuensi dan total kebutuhan pakan selama masa pemeliharaan (Adiwidjaya et al, 2005). Nutrisi dan pemberian pakan memegang peranan penting untuk kelangsungan usaha budidaya hewan akuatik. Penggunaan pakan yang efisien dalam usaha budidaya sangat penting kerena pakan merupakan faktor produksi yang paling mahal (Andrews, et al. 1972). Oleh karena itu, upaya perbaikan komposisi nutrisi dan perbaikan efisiensi penggunaan pakan tambahan perlu dilakukan guna menigkatkan produksi hasil perikanan budidaya dan mengurangi biaya pengadaan pakan, serta meminimalkan produksi limbah pada media budidaya, sehingga dapat tercipta budidaya udang yang berkelanjutan (Adiwidjaya et al, 2005). Pengelolaan pakan harus dilakukan sebaik mungkin dengan memperhatikan apa, berapa banyak, kapan, berapa kali, dimana ikan/udang diberi pakan. Penerapan feeding ragim hendaknya disesuikan dengan tingkah laku kultivan, serta siklus alat pencernaan guna memaksimalkan penggunaan pakan (Tacon, A. 1987). Untuk mencapai sasaran dalam penggunaan pakan pada budidaya udang windu di tambak diperlukan pemahaman tentang nutrisi, kebutuhan nutrien dari kultivan, teknologi pembutan pakan, kemampuan pengelolaan pakan untuk setiap komoditas budidaya dan teknik aplikasi pemberian pakan (New, N.B., 1987). Salah satu faktor pengelolaan pakan pada kegiatan usaha budidaya udang windu adalah teknik dan aplikasi frekuensi pemberian pakan selama masa pemeliharaan. Untuk itu, para pembudidaya selalu berusaha menekan biaya produksi yang seefisien mungkin dari berbagai komponen produksi, salah satunya adalah dengan berbagai aplikasi dan teknik pemberian pakan tambahan/buatan pada budidaya udang.

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.