Dari campuran bahan baku sisa pasar dapat dibuat pelet ikan dengan kandungan protein 30% dan harga hanya Rp 6.500/kg
Lisa Mudar bukanlah nama sesosok gadis jelita melainkan singkatan untuk pakan Limbah Pasar Murah dan Bergizi karya Priyandaru Agung E.T. Pria muda yang saat ini masih tercatat sebagai mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Universitas Brawijaya Malang tersebut,kini sedang giat mengintroduksi ramuan pakan temuannya ke para pembudidaya ikan air tawar. “Saya memang hobi melakukan survei-survei ke beberapa daerah sentra perikanan, ternyata ujung masalahnya sama, yaitu harga pakan yang terus naik,” tutur Ndaru, panggilan akrabnya kepada TROBOS Aqua.
Beberapa daerah di Jawa Timur mulai dari Banyuwangi hingga Gresik pernah Ndaru kunjungi. Mahasiswa angkatan 2008 itu lalu menyimpulkan bahwa memang harga pakanlah yang menjadi momok bagi para pembudidaya ikan. Situasi ini makin runyam tatkala mayoritas pembudidaya masih sangat tergantung pakan pabrikan.
Alhasil mereka harus menerima dengan lapang dada berapapun harga pakan dari pabrik. “Hal itulah yang memotivasi saya dan teman-teman dari FPIK untuk menciptakan formulasi pakan sendiri dengan bahan-bahan yang murah dan mudah didapat,” ujar pemuda asal Jember ini.
Kol dan Sawi
Setelah melalui berbagai pertimbangan matang, akhirnya Ndaru menjatuhkan pilihannya pada limbah pasar sebagai bahan pakan. Yaitu sisa-sisa kubis dan sawi yang sudah tidak laku. “Sisa kubis dan sawi bisa didapatkan secara gratis karena tidak terpakai lagi, kalaupun membeli harganya tidak lebih dari Rp 400 per kilogram,” katanya.
Untuk daerah Malang, dia biasa mendapatkan limbah sayur ini di Pasar Besar Kota Malang, Pasar Blimbing, Pasar Klojen,serta Pujon. Selain sisa kubis dan sawi, bahan lain untuk meracik Lisa Mudar adalah tepung ikan, tepung kedelai, serta dedak. Penggunaan bahan-bahan selain limbah dimaksudkan untuk mengatrol kandungan nutrisi lain yang tentu saja tidak bisa dicukupi dari limbah.
Sementara untuk meningkatkan kandungan protein, terlebih dahulu Ndaru memfermentasi sisa kubis dan sawi menggunakan Lactic Acid Bacteria (Bakteri Asam Lakta /BAL) sebagai starter. “Lisa Mudar ini kandungan proteinnya mencapai 30%, harganya hanya Rp 6.500 per kg. Murah kan?” ujarnya tersenyum.
Lelaki kelahiran 23 Februari 1990 ini membandingkan, dengan kandungan protein yang sama, harga pakan dari pabrik bisa tembus hingga Rp 12.000 per kg. “Ada pakan dari pabrik yang harganya sama, tapi kandungan proteinnya hanya 14%, bukan 30%,” jelasnya.
Selisih harga yang hampir dua kali lipat tersebut diharapkan mampu memberikan harapan kepada para pembudidaya bahwa ternyata masih ada pakan murah untuk ikannya. “Niatnya memang tidak hanya berwirausaha, melainkan juga ingin membantu para pembudidaya yang kerap mengeluhkan mahalnya harga pakan,” tutur Ndaru.
Di lapangan, Ndaru dan tim sering menemui kejadian-kejadian yang berseberangan dengan teori yang dia peroleh di kampus. Ia mencontohkan, ada beberapa pembudidaya lele yang memberikan pakan bentuk terapung untuk ikannya. Ketika ditanyakan, pemiliknya berujar bahwa dengan memberikan pakan terapung dia bisa tahu ikannya sudah makan atau belum. “Lele kan jenis ikan dasar, kalau diberi pakan jenis terapung, energi ikan akan terbuang untuk mengambil pakan ke permukaan, sehingga tidak optimal untuk pertumbuhan,” jelasnya setengah berteori.
Sabtu, 15 Juni 2013
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Diberdayakan oleh Blogger.
0 komentar:
Posting Komentar