Jumat, 14 Juni 2013

Immunoglobulin y Anti whitespot

Telur unggas memiliki prospek yang sangat strategis sebagai pabrik biologis untuk memproduksi Imunoglobulin  Y (Ig-Y) antiwhite spot yang diaplikasikan melalui pakan

Budidaya udang baik udang windu (Penaeus monodon) maupun udang putih (Penaeus vannamei)hingga saat ini masih dibayangi serangan penyakit bintik putih atau white spot. Penyakit yang disebabkan virus WSSV (White Spot Syndrome Virus) ini mengakibatkan kematian udang secara masal, sehingga merugikan petambak.

Namun para petambak tak perlu berkecil hati sebab belum lama ini seorang Professor in Medical Immunology dari Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor telah ditemukan cara jitu untuk mengantisipasi serangan penyakit white spot. Adalah Retno Damajanti Soejoedono yang mengembangkan bioteknologi anti virus ini menggunakan telur unggas.

Retno menjelaskan, telur memiliki kuning telur yang mengandung zat nutrisi penting yang sangat diperlukan untuk perkembangan embrio sampai beberapa hari setelah embrio menetas. Telur bukan hanya mengandung zat nutrisi yang penting, tapi juga mengandung Imunoglobulin-Y (Ig-Y) yang akan diwariskan kepada anak sebagai antibodi maternal.

Mengingat sistem kekebalan tubuh udang sangat didominasi oleh kekebalan non-spesifik, maka proses pengebalannya lebih efisien bila diberikan imunisasi menggunakan imunomodulator atau imunostimulan.“Maka, penggunaan Ig-Y sebagai zat untuk imunisasi pasif pada udang perlu dilakukan,” kata Retno kepada TROBOS Aqua.

Lebih lanjut ia mengatakan, konsep penerapan imunoterapi untuk kasus penyakit tertentu terbuka lebar melalui pengebalan pasif dengan memanfaatkan Ig-Y. Tak hanya sebagai anti WSSV, Ig-Y di dalam kuning telur juga memiliki khasiat anti terhadap Avian Influenza (AI), Streptococcus mutans, tetanus dan berbagai macam penyakit lainnya. Prinsip pengebalan pasif adalah transfer antibodi yang bisadilakukan dengan mengonsumsi telur yang “telah dibuat mengandung zat kebal” dan dipreparasi secara khusus. 

Gunakan Imunoglobulin Y
Retno kembali menjelaskan, sebagai model penyakit udang yang diteliti adalah WSSV. Virus hasil isolasi dari udang penderita disuntikkan ke ayam petelur untuk mendapatkan serum dan telur yang mengandung Ig-Y anti WSSV pada bagian kuning telurnya. Ig-Y kemudian dipurifikasi (dimurnikan) dan dilakukan uji sifat biologis terhadap pengaruh pH, panas, enzim pencernaan seperti pepsin dan tripsin, dan uji efikasi secara perendaman dan melalui pakan.

Imunoglobulin Y yang telah dipurifikasi, kemudian diberikan ke udang melalui air (perendaman) atau pakan yang dicampur Ig-Y selama waktu tertentu. Setelah itu diuji tantang dengan WSSV. Lanjutnya, aplikasi per oral dilakukan untuk melihat efikasi Ig-Y dalam kuning telur yang telah dikemas sebagai pakan udang. 

Pengujian menggunakan 75 ekor udang yang dibagi lima kelompok yang masing-masing kelompok terdiri atas 15 ekor udang. Kelompok 1, 2, dan 3 merupakan kelompok perlakuan, sedangkan kelompok 4 merupakan kontrol negatif dan kelompok 5 adalah kontrol positif.

Pakan yang mengandung Ig-Y anti WSSV dengan konsentrasi 5%, 10%, dan 20% diberikan pada kelompok perlakuan 1, 2, dan 3 yang selanjutnya dikohabitasi (digabungkan/dipelahiran bersamaan)dengan udang yang terinfeksi. Kelompok kontrol positif diberikan pakan udang biasa tanpa Ig-Y anti WSSV dan dikohabitasi dengan udang yang terinfeksi, sedangkan kelompok kontrolnegatif hanya diberi pakan udang biasa tanpa dikohabitasi dengan udang yang terinfeksi.

Menurut Retno, kelompok kontrol positif menunjukkan gejala klinis penurunan nafsu makan dan kemerahan pada tubuhnya. Kelompok perlakuan yang diberi pakan udang berkhasiat anti WSSV tidak menunjukkan gejala klinis. Pada kelompok kontrol positif terjadi kematian pada udang mulai hari ketiga setelah kohabitasi.

Kematian udang juga ditemukan pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol negatif akan tetapi tidak setinggi kelompok kontrol positif. “Kematian pada kelompok kontrol positif mencapai 83 %, sedangkan kelompok perlakuan masih dapat hidup antara 50 – 70 %. Udang yang tidak terinfeksi (kontrol negatif) mengalami 20 % kematian,” jelas Retno.

Lanjut Retno, cara mendeteksi adanya material genetik WSSV pada udang yang mati dilakukan uji PCR. Hasil PCR memperlihatkan bahwa tidak ditemukan adanya material genetik WSSV pada kelompok perlakuan yang diberi pakan udang 10 % dan 20 % Ig-Y anti WSSV dan kontrol negatif yang mati, sedangkan pada kelompok perlakuan yang diberi pakan berkhasiat anti WSSV dengan konsentrasi 5 % bisaditemukan adanya material genetik WSSV.

Keunggulan Inovasi
Retno menuturkan,penggunaan telur sebagai pabrik biologis sangat sejalan dengan isu kesejahteraan hewan (animal welfare) karena produksi bahan biologis tersebut hampir tidak menyakiti hewan yang digunakan dalam proses produksi."Telur bisa menggantikan hewan dalam produksi  bahan biologis "kata Retno
.
Lanjutnya Ig-y berkhasiat terhadap berbagai agen penyakit terbukti memiliki kemampuan netralisasi agen penyakit."Ig-y  bisa dimanfaatkan sebagai imunoterapi untuk berbagai penyakit,khususnya pada makhluk hidup yang sistem imunologinya belum berkembang atau pada individu yang mengalami imunosupresif" jelas Retno.

Penggunaan Ig-y unggas dalam pemeriksaan imunologi lebih akurat dan aman dibandingkan dengan menggunakan Ig-g mamalia."penggunaan Ig-y dalam imunoterapi diketahui memberikan efek samping lebih rendah dibandingkan dengan Ig-g mamalia kerena tidak berespon terhadap faktor rhumatoid" tutur Retno.

Diungkapkan Retno,telur sebagai pabrik antibodi bisa dikatakan sebagai proses permanenan yang sangat sederhana."sebutir telur mempunyai kandungan 50-100 mg Ig-y yang setara dengan 200 mg Ig-g/40 ml darah yang dihasilkan dalam sekali pemanenan darah kelinci,"katanya.

Skala Laboratorium
Retno mengungkapkan pada akhir penelitian bisa dibuat prototipe produk pakan udang berkhasiat anti WSSV atau produk aktif anti WSSV larut air."produk ini kelak akan digunakan para petambak untuk meningkatkan produksi udang serta berguna bagi industri pakan udang untuk memproduksi  pakan anti WSSV " tuturnya.

Telur unggas yang bisa digunakan untuk produksi Ig-y adalah telur ayam,itik,entok,kalkun,puyuh,maupun burung unta.secara teoritis semua jenis unggas tadi memberi peluang untuk dimanfaatkan tergantung alasan dan ketersediaanya disuatu daerah.

Secara ilmiah khasiat Ig-y spesifik dalam kuning telur sebagai senyawa therapeutic telah diuji dan pada akhirnya diperlukan sentuhan akhir untuk bisa diproduksi dalam skala komersial.Meskipun masih dalam skala laboratorium tapi sebagai pabrik biologis memiliki prospek yang sangat cerah dan bisa diaplikasikanpada skala industri dalam waktu singkat,"peran industri sangat dibutuhkan dalam mewujudkan hal ini dan pemanfaatan Ig-y tentu tidak berhenti sampai disini.


0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.