Rabu, 12 Juni 2013

Peneliti IPB Temukan Mesin Pengawet Bekatul

JAKARTA - Masih ingatkah Anda es krim bekatul ciptaan mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta? Inovasi itu merupakan bukti nyata jika bahan baku yang biasa dijadikan pakan ternak tersebut bisa diolah sebagai barang bernilai ekonomis tinggi.Sayangnya,bekatul ternyata tidak bisa tahan lama. 

Menyadari hal tersebut, Peneliti Institut Pertanian Bogor (IPB) Slamet Budijanto,mencoba mengawetkan bekatul dengan mesin ciptaannya. “Kami mencoba menginisiasi, apakah bisa bekatul dimanfaatkan untuk pangan?Ternyata bisa. Namun masih terkendala, bekatul tidak awet,”kata Slamet,seperti dikutip dari siaran pers yang diterima Okezone, Sabtu (8/6/2013). 
Zaman dulu, untuk mengwetkan bekatul cukup dengan disangrai saja. Tapi,Slamet menilai, teknik sangrai memiliki kelemahan, yaitu tidak stabil,susah mengontrol suhu dan waktu, serta kematangannya tidak merata.Direktur F-Technopark Fakultas Teknologi Pertanian IPB bersama timnya,yakni Aziz B Sitanggang dan Sam Herodian itu kemudian menciptakan mesin yang prinsip kerjanya adalah penggunaan suhu tinggi dalam waktu yang singkat. 
“Sebetulnya,ini adalah proses sangrai tapi kontinyu.Mesin sederhana ini memiliki lorong mesin penstabil namanya screw.Nanti bekatul akan dilewatkan dalam lorong panas yang bisa dikontrol dengan waktu yang bisa dikontrol juga,”paparnya.Menurut Slamet,ketika bekatul sudah melewati proses pengawetan,maka dapat diolah untuk jenis pangan apapun dengan waktu tahan yang lebih lama.Dengan teknik tersebut, bekatul bahkan bisa tahan hingga enam bulan.Mesin sederhana yang berhasil mendapatkan penghargaan dari Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenristek) RI itu kini berjumlah dua unit.Satu mesin digunakan di Jawa Timur oleh kelompok tani wanita di Pasuruan,sementara satunya di IPB. Dia menyebut,inovasi itu memiliki sejumlah keunggulan. 
Pertama, bekatul yang diolah mutunya tetap stabil setelah disimpan lebih dari enam bulan.Kedua,meminimalkan kerusakan mikronutrien yang bermanfaat bagi kesehatan.Ketiga adalah membuka peluang pemanfaatan bekatul menjadi bahan baku pangan fungsional.“Kami sudah bisa menjual bekatul hasil olahan dengan mesin ini.Sebanyak 150 gram bekatul sangrai dijual Rp15 ribu di Serambi botani dan itu laku.Kami minta 30 persen untuk pangan sisanya silahkan untuk pakan,” tandas Slamet. (mrg) 

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.